Minggu, 25 April 2010

Untuk Siti Dalilah Binti Moch Sojak





SELAMAT ULANG TAHUN KAMI UCAPKAN,
SELAMAT PANJANG UMUR KITA KAN DOAKAN,
SELAMAT SEJAHTERA SEHAT SENTOSA,
SELAMAT PANJANG UMUR DAN BAHAGIA,

PANJANG UMURNYA,
PANJANG UMURNYA,
PANJANG UMURNYA,
SERTA MULIA,
SERTA MULIA,
SERTA MULIA,

HAPPY BIRTHDAY TO YOU,
HAPPY BIRTHDAY TO YOU,
HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY,
HAPPY BIRTHDAY TO YOU.

Selasa, 13 Oktober 2009

Aku dan Gempa-Nya (Part 1)


Gempa Padang 30 September 2009

Sudah 3 hari semenjak tiba di Padang gw cuma bisa mengandalkan kaki untuk berpindah tempat, sekarang gw butuh alat transportasi agar kegiatan gw bisa lebih mudah. Sepeda, alat trasnportasi yang hemat dan sehat, itu yang ada di pikiran gw. Rabu, 30 September 2009, sore hari gw coba untuk hunting sepeda ditemani temen kampus, Ryan Eka Putra, yang punya tujuan sama dengan gw. Dengan motornya kami berangkat pukul 16.45 WIB dan sasaran pertama adalah Polygon Store di simpang Nipah dekat Jembatan Siti Nurbaya. Butuh waktu yang singkat untuk sampai di tujuan, tiba di tempat gw langsung menatap BMX berwarna biru putih, harganya diluar dugaan, over budget, lalu gw beralih ke aksesoris, terlalu banyak yang harus gw pilih. Bingung gw harus beli atau enggak.

Serambi memilih dan dalam kebingungan tiba-tiba lantai bergetar, gempa, “ahh. biasa” itu yang ada di benak gw, tapi gumaman itu langsung sirna, getaran semakin besar, dan terdengar teriakan dari luar. kali ini gw benar-benar terkejut, refleks gw ambil langkah seribu meninggalkan bangunan. Oh tidak, gw berhenti dipinggiran jalan aspal, ingin rasanya berlari lebih jauh lagi, tapi tidak, untuk berdiri pun sangat sulit, tanah terlihat bergetar, bunyi retakan dinding bangunan dan besi-besi penyangga teras kuat terdengar. “Oh tuhan“ kata-kata itu mengulang-ulang di pikiran gw, teriakan-teriakan orang memecah pandangan gw, tidak, itu adalah pekikan, gw berputar memandang sekeliling gw, mereka terjatuh dan berdiri, terjatuh dan berdiri, terjatuh dan berdiri, seorang ibu dari ras China menggenggam tangan anak gadisnya berteriak menghadap ke atap Rukonya ( Rumah Toko), dua orang perempuan berumur kisaran 18-20 tahun berdiri di pinggir pagar atap deck Ruko tersebut, kemudian kedua gadis tersebut berlari menjauhi pagar karena takut bangunan itu akan runtuh. Sedangkan diseberang jalan, seorang bapak berusaha menegakkan skuternya, dia berteriak membentak istrinya yang sedang memeluk kedua anak kecilnya agar menjauhi bangunan.

Gw lihat udara mulai berkabut, sekeliling gw yang tampak hanya abu-abu, sedangkan getaran semakin kencang, entahlah, kapan gempa ini berhenti??, gw perhatikan laut yang hanya berjarak 150 M dari tempat gw berdiri, ketakutan gw semakin menjadi mengingat gw berada di dekat titik yang sangat berpotensi tsunami. Dalam kekalutan itu gw enggak bisa berdoa, entahlah, hanya nama-Nya yang bisa tersebut, dan Ryan berhasil menegakkan motornya dan berteriak kearah gw “ Cepat Cok’!” memerintahkan gw untuk segera menaiki motornya, “enggak Yan’!”, kita enggak akan bisa kabur disaat berdiri pun sulit. gw tetap mencoba bertahan diatas kedua kaki gw.

Sekali lagi’.
Kapan gempa ini akan berhenti??

Hancur, di ujung jalan sudah hancur. Jalan ini sudah di padati orang-orang dengan berbagai macam bentuk paras mereka tapi perasaan yang sama. Takut yang setakut-takutnya’!!.

Getaran mulai berkurang, tersadar seperti itu, gw beranjak ke arah Ryan, dia segera mengenjot engkol motornya, dan “nyala”, gempa berhenti, gw melompat serambi memperbaiki posisi tas ransel gw, motor melaju ke arah simpang Enam, Pondok, mata gw tetap berkeliling melihat sekitar, Astagfirullah, semua hancur, sebuah rumah bertingkat 2 hancur menyisakan lantai atasnya yang miring, Tapi, tidak, itu seorang Ibu bersama anaknya terkurung lintai 2 bangunan, dia memekik dan menjulurkan tangan kanannya keluar berharap ada yang menolong, tapi tak ada orang yang memperhatikan, semuanya berlari kencang menjauhi laut, “ Putar yan’!” gw berteriak “ Ibu itu tolong yan’!”, Ryan yang kaget mendengar gw teriak sontak memutar arah kemudinya, gw langsung meloncat dari motor ketika berada di dekat dirumah itu, gw berteriak keras ke arah orang-orang yang berlarian ke arah yang berlawanan “ TOLONGG’, CEPATT, IBU ITU TOLONGG”, bapak-bapak yang melihat gw histeris mengikuti arah gw berlari, sedangkan Ibu itu masih duduk di depan pintu lantai duanya memeluk anaknya sambil menangis “ Tolong kami’, tolong!” tangisnya, disaat itulah haru gw muncul, “Tunggu Bu’, Tunggu dulu’!” seorang bapak mencoba menenangkan sambil merintih.

Gw sudah siap untuk memanjat, dan gw sudah menentukan titik awal untuk gw pijak, tapi kemudian Ryan menahan gw “enggak cok’, adek aku nah’!”, Ryan mengisyaratkan bahwa kami harus kembali ke Kost-annya melihat adiknya yang tinggal, gw coba untuk ngertiin Ryan, gw berlari ke arah motor sambil berharap bapak-bapak itu yang akan menolong.

Ryan mengemudi dengan sangat cepat, dan suasana bener-bener ricuh, orang-orang berlarian menjauhi laut, kamera masih ada di saku kanan gw, entah refleks atau enggak, akhirnya gw ambil dan mulai mengambil photo-photo kepanikan warga, ryan memutar stir motornya ke jalan Dobi ketika sampai di simpang Enam, jalan yang kecil tapi padat dengan penduduk yang panik, alur motor pun sudah kacau, Ryan terpaksa harus benar-benar fokus agar tidak menabrak, gw rasa sulit untuk merekam dalam format photo, format camera gw ubah ke video, sepanjang jalan gw dikejutkan dengan banyak hal, 3 ruko couple 2 lantai yang rata dengan tanah, pohon yang tumbang, gerobak jatuh, tiang listrik rebah, bahkan gedung hotel Ambacang berlantai banyak yang miring 30 derajat menimpa gedung disebelahnya terekam di camera gw. Orang-orang benar-benar panik mereka berlarian menjauhi laut. Di persimpangan Mesjid Nurul Iman sepasang anak kecil terjatuh karena terdorong ditengah jalan, tak ada yang perduli, gw hanya bisa melihat dengan takjub kepanikan-kepanikan penduduk ini.

Jalan benar-benar macet, Jalan Imam Bonjol, Jalan Sudirman, bahkan di depan kantor Gubernur (Governor Office). Jalan protokol Khatib Sulaiman yang lebar dan biasanya bisa dilalui seolah-olah itu adalah jalan High Way sekarang menjadi padat, kenderaan roda empat dan selebihnya hanya bisa bergerak 50 centimeter per menit, kami terpaksa melalui trotoar agar bisa bergerak cepat.

Sepanjang jalan ini gw hanya bisa ber-istigfar melihat gedung-gedung pemerintah yang hancur, bahkan Ryan yang sedang mengemudi enggak bisa menahan diri untuk tidak berpaling pandangan dari jalan melihat gedung-gedung yang rusak. Ketika di simpang AKBP-STIE Khatib Sulaiman kami berbelok kekanan menempuh jalan potong karena jalan di depan padat untuk dilalui.

Setiba di kos Ryan, dia langsung check kamar untuk memastikan adiknya dalam keadaan selamat. Tapi Bobby sudah tidak ada dikamar, namun keadaan kamar sudah rapi, stop kontak sudah dicabut, galon dispenser sudah diturunkan. belum hilang khawatirnya, dia memutuskan untuk mencari adiknya disekitar Asratek. Dua kali kami berputar di Asratek, tapi tidak juga ketemu. Ryan pasrah dan kembali ke kost nya. Sampai di kost, dia menanyakan keberadaan adiknya ke penjaga kost, ibu itu memastikan bahwa adiknya sudah pergi dengan teman kost nya menggunakan sepeda motor, setidaknya Ryan sedikit lega mendengar keterangan Ibu tersebut, dia berfikir pasti adiknya sudah dibawa ke Batu Sangkar untuk berlindung.

Dari kost Ryan, kami ke kost gw terlebih dahulu, gw harus check kost dan mengambil laptop dan berkas-berkas penting. Dari luar kost sepertinya aman, Ibu kost dan keluarganya sedang berkumpul di tengah jalan di depan rumahnya, mereka masih berlindung dan belum berani masuk ke rumah . Gw segera menuju kamar, pintu agak sedikit sulit dibuka, ada jemuran handuk yang terjepit dibelakang pintu, setelah jemuran tersebut digeser baru pintu bisa dibuka meski tidak penuh terbuka. kamar benar-benar berantakan, lemari jatuh, rak sepatu jatuh, dispenser dan galonnya juga terjatuh, sehingga lantai dan karpet sedikit basah, semua buku-buku gw berjatuhan di lantai, untungnya Tv gw selamat, Laptop yang gw simpan di dalam laci juga aman. setelah merapikan rak dan jemuran, dan mencabut sambungan listrik gw pergi meninggalkan kost membawa laptop dan berkas-berkas.

Bersambung (Part 2 : Petunjuk dan kejadian aneh )..

C.A.S EXPEDITION


C.A.S EXPEDITION, Aneh mungkin ya’! Baru kali ini lu dengar. C.A.S EXPEDITION itu pada awalnya ide-ide gila gw aja mau jalan ke Jakarta dan Bandung, nggak pakai proposal atau surat-surat sih buat ngajukin izin ke Orang Tua, tapi permohonan untuk jalan-jalan ini lama juga gw pertahankan. Pada awalnya diterima, kemudian dibatalin, dibujuk lagi, diterima lagi. yah, akal-akal bulus gw aja sih cari alasan (hehehhe..).

Tapi, kepikiran juga sm otak gw, bakal sia-sia dan enggak ada maknanya kalau sekedar jalan enggak tentu arah. Mmmm.. setelah mikir agak lama (bukan Lola (Loading lama) ya’!) akhirnya keluarlah sebuah Program (Jiahhh’.. bahasa Mu nak, Nggak nahan’!) untuk Study Tour, jadi gw jalan-jalan sambil belajar/Study Banding ke Universitas-Universitas yang targetnya 6 Universitas (ITB, UNPAR, UNTAR, UPH, TRISAKTI, UI). Wah. wah. perlu nama juga nih, mengingat ini adalah sebuah perjalanan yang memiliki program, sempat lama juga mikirnya (Juga bukan karena Lola ’! Soalnya dah pake Intel Quad Core Extended, ckckckkc’.). Gw pernah bilang “Hanya Arsitek yang menganggap kata ‘Gila’ itu sebagai sebuah pujian”, terinpirasi dari kalimat yang gw ucapkan sendiri makan Kami sepakat (Badan gw, Otak gw, Jiwa gw, Wheheheh..) perjalanan ini dinamakan Crazy Architecture Student Expedition, tapi kepanjangan kalo ditulis semuanya, lagian biar mudah nyebutinnya jadilah dia C.A.S EXPEDITION.

Perjalanan belum dimulai, gw harus nyelesain semua urusan yang ada, balik ke Padang bayar uang kuliah gw, Robby, dan nyerahin KRS nya Icha. Dilanjutin dengan Study tour 7 hari sama teman-teman Jurusan Seni Bina (Arsitektur) Universitas Kebangsaan Malasyia. Masih belum selesai juga, gw harus nyelesain tugas, menyelenggarakan Musyawarah Besar HMKB-Pdg.

Akhirnya, tinggal menunggu waktu keberangkatan, 3 hari lagi. Teman-teman dan keluarga di Jakarta dan di Bandung sudah dihubungi, ticket pesawat udah, packing juga udah.

>>>

Selasa, 12 Agustus 2009

Car Travel sudah nungguin di Loket, It’s time to go..

(To be Continue’..)